Kamis, 20 Oktober 2011

Sejarah Nenek Moyang Batak

Sejarah Nenek Moyang Batak

            I.          Pendahuluan
Sejarah nenek moyang Batak dimulai dari salah satu tempat yang masih menyimpan banyak cerita bersejarah yaitu “Pusuk Buhit”. Puncak ini terletak di Desa Limbong–Sagala, Kecamatan Sianjur Mula-mula, Kabupaten Samosir, berjarak sekitar 15 km dari Pangururan.
Pusuk Buhit dianggap sebagai suatu tempat asal mula dari nenek moyang orang Batak. Dari puncak Pusuk Buhit inilah nenek moyang orang Batak menyebar ke beberapa daerah, hingga saat ini banyak orang Batak yang berada dibeberapa tempat. Masyarakat Batak meyakini bahwa asal mula nenek moyang tersebut berasal dari Puncak Pusuk Buhit. Dalam tulisan ini, penulis akan mencoba memaparkan secara singkat sejarah asal mula nenek moyang orang Batak, sejarah yang dimaksudkan menyangkut sejarah waktu, peristiwa, pelaku dan tempat.
II.                Isi
2.1       Asal mula tempat nenek moyang Batak
Menurut kepercayaan masyarakat Batak, pada abad XII, Pusuk Buhit dianggap sebagai tempat asal muasal seluruh suku Batak. Dalam perkembangannya, nenek moyang Suku Batak menyebar kedelapan penjuru mata angin, yaitu: Purba, Anggoni, Dangsina, Nanriti, Pastia, Mangadia, Utara dan Irisana atau dari Timur hingga Timur Laut.[1]
Di kaki bukit, terdapat sebuah tempat keramat yang dianggap sakral bagi masyarakat setempat. Batu itu bernama “Batu Hobon”. Bentuknya seperti batu berdiameter 1 m dengan bagian bawah berong. Dulu di tempat ini kerap diadakan upacara sakral yang masih berlanjut hingga sekarang. Upacara itu diyakini sebagai penghormatan pada roh leluhur sekaligus menerima pewahyuan dari nenek moyang, dikenal dengan sebutan “Tatea Bulan“. Di Batu Hobon inilah pomparan Ompu Guru Tatea Bulan pada mulanya bermukim. Pusuk Buhit merupakan tempat turunnya Si Raja Batak yang pertama, diutus oleh Mulajadi Nabolon atau Tuhan Yang Maha Esa untuk menguasai tanah batak. Disanalah Raja Batak memulai kehidupannya.
            2.2       Asal mula nenek moyang Batak
Bila diperhatikan dari catatan-catatan sejarah, maka ada dugaan bahwa Kerajaan Batak sudah ada pada permulaan tahun masehi. Kerajaan Batak mengalami kehancuran sebagai Kerajaan Maritim mulai tahun 1023 masehi oleh serbuan pertama Rayendra Cola III dari India Selatan. Awal mula kelemahan kerajaan Aru adalah berpangkal mula atas perkawinan sesama saudara kembar, hal ini merupakan catatan bersejarah dari mitologi Si Raja Batak sekaligus sebagi amanat kepada generasi berikutnya. Amanat ini sengaja dibuat demikian supaya peristiwa kehancuran kerajaan Aru tidak terulang kembali kepada kerajaan Batak berikutnya.
Sudah menjadi kebiasaan pada saat itu bahwa kesusasteraan dipergunakan untuk memusatkan kekuasaan ditangan raja karena raja itu dianggap sebagai titisan dewa. Demikianlah halnya dengan Si Raja Batak yang merupakan keturunan dari kerajaan Aru.
Ia mengundurkan diri ke pedalaman Pulau Sumatera di bawah gunung Pusuk Buhit saat istananya dihancurkan. Akibatnya kerajaan Aru menjadi terpecah-pecah, ada usaha untuk merebut kembali ibu kota kerajaan dahulu yakni di teluk Aru namun tidak pernah berhasil karena pasukan yang ditinggalkan Rayendra Colas III di teluk Aru terlalu kuat bagi kerajaan-kerajaan Batak yang sudah terpecah tadi. Kemudian, keturunan kerajaan dan panglima-panglima kerajaan Aru mendirikan kerajaan-kerajannya sendiri-sendiri.
Si Raja Batak menyadari bahwa kerajaan Aru sulit untuk dipersatukan dengan kekuatan senjata. Perpecahan dari kalangan raja yang berpangkal dari perkawinan nenek moyangnya sesama saudara kembar seperti yang telah disebutkan di atas tidak boleh lagi terjadi.
Sebab itu Si Raja Batak dengan ahli sasteranya membuat catatan sejarah sebagai amanat bahwa kerajaan batak dapat dipersatukan jika sepakat dengan ketentuan yang dibuat, yakni: yang pertama, rakyat dapat menyatukan kepercayaan mereka dan pikiran mereka terlebih dahulu. Yang kedua, menyingkirkan segala perpecahan yang terjadi pada sesama saudara akibat dari perkawinan incest. Karena hal inilah tadinya sehingga Si Raja Batak disebut sebagai turunan dewa. Kemudian Si Raja Batak menciptakan silsilahnya dengan ketentuan peraturan bahwa perkawinan sesama saudara adalah hal yang tabu.[2]
2.3       Silsilah Marga Nenek Moyang Batak
Silsilah nenek moyang Batak berasal dari keturunan Siboru Deak Parujar dengan Siraja Odap-odap. Setelah mereka menikah, mereka memiliki anak kembar yaitu: laki-laki dinamakan Siraja Ihat Manisia dan perempuan dinamakan Siboru Ihat Manisia. Setelah kedua anaknya dewasa, ibu mereka Siboru Deak Parujar memohon kepada Mulajadi Nabolon supaya turun ke banua tonga untuk memberkati perkawinan kedua anaknya. Permintaan itu dikabulkan oleh Mulajadi Nabolon yang kehadirannya disertai dengan Debata Batara Guru ( ayah dari Siboru Deak Parujar ).
Dari hasil perkawinan Si Raja Ihat Manisia dan Siboru Ihat Manisia lahirlah Si Raja Miok-miok, Patundal Nabegu, Si Raja Lapas-lapas. Si Raja Miok-miok ini memiliki seorang putera bernama Eng Buana yang menurunkan tiga putera pula, yaitu: Si Raja Bonang-bonang, Si Raja Ujung Ace, Si Raja Lapung Jau. Si Raja Bonang-bonang memiliki seorang putera yaitu Guru Tantan Debata. Guru Tantan Debata mempunyai putera tunggal yaitu yang bernama Si Raja Batak.
 a.        Si Raja Batak memiliki dua orang anak yaitu:
1.      Guru Tatea Bulan (Nai Lontungan)
2.      Raja Isumbaon
 b.        Guru Tatea Bulan berputera 5 orang, yakni:
1.      Si Raja Biak-biak
2.      Tuan Sariburaja
3.      Limbong Mulana
4.      Sagala Raja
5.      Malau Raja
             c.        Puterinya  empat orang, yakni:
1.      Siboru Pareme
2.      Siboru Anting Sabunga
3.      Siboru Biding Laut
4.      Siboru Nantinjo


 d.        Raja Isumbaon hanya berputera tiga orang, yakni;
1.      Tuan Sori Mangaraja
2.      Raja Asiasi
3.      Sangkarsomalindang
Dari keturunan Si Raja Batak inilah muncul seluruh marga-marga Batak. diperkirakan dari silsilah asal usul batak ini sejak Si Raja Batak sampai sekarang sudah ada kira-kira 35 generasi. Mula Sianjur Mulajadi yang terdapat di Kecamatan Harian kabupaten Tapanuli Utara dekat kota Pangururan sekarang, dianggap sebagai daerah mula pertama huta Si Raja Batak asal-usul mula Batak Toba dan rumpun suku Batak lainnya. Inilah perkampungan pertama Si Raja Batak. Dan di daerah ini terdapat mata air sipaulak hosa yang dipercayai oleh penduduk sebagai mual atau aek yaitu mata air pertama Si Raja Batak dan mata air ini jugalah yang dipergunakan penduduk untuk memenuhi kebutuhannya.[3]
III.             Kesimpulan
a.       Masyarakat Batak meyakini asal mula sejarah nenek moyang Batak berasal dari Puncak Gunung Pusuk Buhit. Dari puncak inilah, nenek moyang Batak menyebar ke 8 daerah yang merupakan penjuru mata angina orang Batak.
b.   Perpecahan dari kalangan raja Batak berpangkal dari perkawinan nenek moyangnya sesama saudara kembar seperti yang telah disebutkan di atas tidak boleh lagi terjadi.
c.   Silsilah nenek moyang Batak berasal dari keturunan Siboru Deak Parujar dengan Siraja Odap-odap.
d.   Kecamatan Harian kabupaten Tapanuli Utara dekat kota Pangururan dianggap sebagai daerah mula pertama huta Si Raja Batak, asal-usul mula Batak Toba dan rumpun suku Batak lainnya.



[1] T. M. Sihombing, Jambar Hata Dongan Tu Ulaon Adat, (Medan: CV. Tulus Jaya, 1989), hal 289
[2] http/mv. Opera. Com/raja batak/blog/show, 28 september 2009, jam 10.20 WIB

[3] W.M. Hutagalung,  Pusataha Batak , (Medan: CV Tulus Jaya, 1991), hal 25-38

1 komentar:

  1. ORANG TOBA: DNA, Negeri, Budaya, dan Asal-usulnya
    http://sopopanisioan.blogspot.com/2015/02/orang-toba-dna-negeri-budaya-dan-asal.html

    BalasHapus