1. Kritik Sastra
Adapun jenis satra dalam Perjajian Baru dapat dibagai menjadi 2:
1. Sastra besar/ Genre (Naratif, tulisan/epistle dan wahu/apocalypse)
2. Sastra Kecil/Sub-Genre (Ucapan-ucapan, Perumpamaan, Puisi dan nyanyian).
Kritik sastra meneliti satuan-satuan nats, misalnya suatu rangkaian cerita dan nuuat nabi dalam Alkitab. Penafsir harus berusaha mengetahu apakah nats-nats dalam satuan rangkaian tersebut ditulis/disusun oeh seorang atau lebih. Semakin jelas penafsir menjelaskan analisis sastra tersebut, maka semakin jelas pula ditemukan tambahan-tambahan kata atau sisipan, ulangan atau duplikat dan pertentangan-pertentangan dalam naskah masorah atau dalam naskah lainnya. Tambahan bahan atau sisipan tersebut tidak dimasukan begitu saja dala susunan nats. Proses pembentukan kejadian kata-kata itu memerlukan waktu yang lama dalam sejarah kesusastraan itu sendiri.[3]
2. Kritik Bentuk
Kritik bentuk tidak hanya mengidentifikasikan berbagai jenis sastra, kritik bentuk juga menaruh perhatian pada usaha untuk menentukan dan menetapkan kedudukan dalam kehidupan (sitz im leben), yang dulu didalamnya jenis-jenis sastra dihasilkan, dibentuk dan dipakai. Dimensi kritik bentuk berpusat pada jenis sastra, lingkungan sosial dan kelembagaannya yang khusus serta latar belakang budayanya secara keseluruhan. Penafsir yang menaruh perhatian pada kritik bentuk harus mengetahui jenis sastra dan struktur sastranya dan cara penyusunan.[4]
Kritik bentuk meneliti bentuk suatu nats secara deskriptif dan sejarah, mencari ciri-ciri khusus keberadaan nats dalam bentuknya dalam Perjnjian Baru , dan bagaimana bentuk tersebut dipelihara dalam bentuk sejarah dan tradisi lisan dari jemaat sebagai satu persekutuan.
Dua dimensi yang terdapat dalam Kritik bentuk:
1. Penggolongan bahan alkitabiah kedalam berbagai jenis dan pengkaitan antara jenis-jenis ini dengan kenyataan-kenyataan kemasyarakatan dalam kehidupan Israel Kuno dan gereja mula-mula.
2. Penelitian teks dipusatkan pada masalah-masalah histories, sumber-sumber dan kesastraan yang dilihat secara berbeda pada maa kini.[5]
· Menemukan hal-hal yang tersembunyi dalam teks
· Menyelidiki teks dan mengisolasi bentuknya
· Menyusun tradisi lisan yang sudah digolongkan
· Menangani hal-hal yang tidak dapat dijawab oleh kritik sastra
· Dapat memisahkan teks tetapi tidak dapat mengumpulkannya kembali.
2007 Hermeneutik, Malang (Literatur SAAT )
2006 Pedoman Penafsiran Alkitab , Jakarta (BPK Gunung Mulia )
A.A.Sitompul, 2
2008 Metode Penafsiran Alkitab , Jakarta (BPK Gunung Mulia )
[1] Hasan Sutanto , Hermeneutik, Literatur SAAT , Malang 2007: hlm. 295
[2] John Hayes , Pedoman Penafsiran Alkitab, BPK Gunung Mulia, Jakarta 2006: hlm. 86-87.
[3] A.A.Sitompul, Metode Penafsiran Alkitab, BPK Gunung Mulia, Jakarta 2008: hlm. 65-66
[4] Hayes , Op.Cit., hlm. 99
[5] Sitompul, Op.Cit., hlm. 126
Tidak ada komentar:
Posting Komentar