Kamis, 20 Oktober 2011

MANUSIA dari pandangan buku Dogmatika Masa Kini dan Manusia Gambar Allah

MANUSIA
Dogmatika Masa Kini & Manusia Gambar Allah


    “Lihatlah Manusia Itu”
Pemaparan yang terdapat dalam buku Dogmatika Masa Kini, pada bagian pertama mengenai manusia, dijelaskan bahwa manusia secara umum digambarkan berdasarkan ucapan Pilatus yang mengatakan “Lihatlah manusia itu!” (Yoh 19:5). Ucapan Pilatus mengandung satu pemahaman, yakni manusia itu adalah mahluk yang hina dan perlu di kasihani. Memang benar, bahwa kita sebagai manusia adalah mahkluk yang tidak mungkin pernah terlepas dari ancaman dunia. Hal tersebut dapat dibuktikan melalui kenyataan yang ada, dimana kekuasaan dan politik selalu berusaha untuk menaklukan manusia. Pandangan Gereja Kristen tentang manusia mengatakan bahwa manusia adalah manusia, manusia tidak boleh terlalu berpusat pada dirinya sendiri.
Sejak semula Allah telah menempatkan dirinya sebagai manusia bisa sama seperti kita. Jadi, sangat baik jika kita memahami ucapan Pilatus tersebut dianggap hanya sebagai suatu kalimat perintah, “ perhatikanlah manusia itu!”. Menemukan arti dan harga diri manusia merupakan pesan yang harus kita perhatikan. Kita harus pahami bahwa kita adalah manusia, dan kita hidup bersama dengan sesama manusia. Sesama manusia berarti setiap orang  yang bersama kita manusia. Manusia adalah mahkluk yang merdeka, kita adalah manusia yang seutuhnya, di dalam dunia saat ini, keadaan kita sebagai manusia menjadi terancam. Oleh karena itu pengarang buku Dogmatika Masa Kini lebih menegaskan bahwa kalimat “ perhatikanlah manusia itu!” berarti pada saat ini kita harus kembali bercermin siapa diri kita sebagai seorang manusia, agar ancaman yang datang  pada manusia dapat dikendalikan, perhatikanlah diri kita sebagai manusia. Manusia adalah gambar Allah yang ada di dunia ini, karena kita adalah ciptaan Allah dan kita ada karena Allah sendiri yang telah menghembuskan nafasnya bagi kita.
            “Inilah Manusia!”
Ucapan Pilatus terhadap Yesus memiliki makna bahwa “inilah si manusia, dialah manusia itu!”  mengandung satu kebenaran bahwa jika kita ingin mengenal dan ingin mngetahui apa sebenarnya manusia, maka haruslah memandang Yesus Kristus. Di dalam Yesus akan dinyatakan siapa Allah sekaligus apa dan bagaimana manusia itu. Kedua buku tersebut memiliki satu pemahaman yang sama tentang siapa manusia, yaitu bahwa jika ingin mengetahui siapa manusia, maka kita harus dimulai dari ajaran tentang manusia/antropologi yang pada hakekatnya bergantung pada ajaran tentang Kristus/Kristologia. Yesus adalah sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia, ia sanggup memperdamaikan kita dengan Allah dan perdamaian itu berlaku bagi kita manusia. Dalam keesaan PribadiNya Ia merangkap kedua tabiat itu. KeilahianNya dan kemanusiaanNya tidak boleh dipandang sebagai dua tingkatan yang tersendiri. Kristologia harus kita gunakan dalam antropologia, sehingga kita dapat memahami bahwa menjadi manusia berarti hidup dalam hubungannya dengan Allah dan hidup dalam hubungannya dengan sesama manusia.
         Hubungan manusia dengan Allah
Kita sungguh-sungguh menjadi manusia ketika ada perjumpaan dengan Allah, dan ada perbuatan dari diri untuk percaya dan mengaku akan Allah. Menjadi manusia berarti hidup di hadirat Allah, dan hidup bersama-sama dengan Allah, oleh karena itulah dijelaskan dalam kedua buku bahwa kita sebagai manusia berbeda dengan binatang. Dalam kepercayaan kita kepada Allah maka kita akan menemukan arti dan harga manusia. Dalam buku Dogmatika Masa Kini dikatakan hubungan manusia dengan Allah  merupakan suatu tindakan, artinya percaya bahwa hubungan itu merupakan satu pribadi antara Allah dengan manusia. Jadi manusia itu sungguh-sungguh subjek sebagai pribadi yang hidup beserta Allah. Sedangkan dalam buku Manusia Gambar Allah dikatakan bahwa hubungan Alah dengan manusia ternyata Dia adalah Allah yang majemuk, artinya kemajemukan dalam tindakan Allah yang tidak hanya dalam satu prinsip keilahian yang kaku, tetapi dalam kemajemukan dan tindakan yang beranekaragam ini, Allah tidak pernah menyangkal hakikatNya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar