PELAYANAN DAN KEPEMIMPINAN
Sebuah resensi dari buku berjudul
“ Di Pintu Gerbang Pembinaan Warga Gereja Bagian 2”
Karya Dr.A.A.Sitompul
tahun 1979
I. Pendekatan
Dr.A.A.Sitompul dalam bukunya yang berjudul “Di Pintu Gerbang Pembinaan Warga Gereja Bagian 2” ingin menunjukkan tentang bagaimana mencari dasar dan arti dari pengalaman umat Allah daalm Alkitab dan merefleksikannya kepada bangsa ini. Masalah penggembalaan, baik pelayanan maupun kepemimpinan menyangkut masalah kekuasaan tata kemasyarakatan dan unsure kemanusiaan. Dalam buku ini dijelaskan secara jelas, bagaimana dasar agar seorang dapat menjadi seorang pemimpin yang mampu memimpin dan dipimpin, baik dalam kegiatan dalam masyarakat maupun gereja. Kebersamaan dari berbagai macam perbedaan, serta peranan Roh Kudus dalam pelayanan merupakan fungsi imamat yang rajani bagi warga Gereja.
II. Kepemimpinan Kristen dalam masyarakat dan Gereja
Dr.A.A.Sitompul menyoroti mengenai tinjauan pokok Alkitab terhadap pengertian mengenai kepemimpinan. Dalam PL , terdapat tokoh seorang pemimpin yaitu Musa yang memimpin bangsa Israel keluar dari perbudakan Mesir menuju tanah Kanaan. Sedangkan dalam PB kita temui pribadi Yesus sebagai gembala yang baik yang memainkan peranan seorang pemimpin.
Dijelaskan lebih lanjut dalam buku ini, bagaimana sifat-sifat yang harus dimiliki oleh pemimpin Kristen. Pemimpin harus dapat mengenal dengan baik orang yang dipimpinnya, secara langsung antara pribadi-pribadi. Sifat yang harus dimiliki dan digali setiap hari oleh seorang pemimpin, yaitu berdoa, belajar, menyediakan waktu dan bekerja. Berdoa menjadi hal yang penting, kerena berdoa bukanlah monopoli seorang pemimpin saja, tetapi juga menjadi tugas pokok kesetiaan orang-orang yang dipimpin (Kis 12:5).
Belajar yang dimaksudkan disini ialah dimana seorang pemimpin belajar dari peristiwa atau sejarah serta riwayat pemimpin yang telah mendahuluinya, hal ini bertujuan agar pekerjaan yang kurang baik tidak terulang lagi dalam masa kepemimpinannya. Disinilah pentingnya suatu studi sejarah Gereja, untuk mempelajari peristiwa-peristiwa yang perbah dihadapi oleh para pemimpin Kristen dari zaman ke zaman berikutnya. Menyediakan waktu berarti seorang pemimpin dituntut agar dapat membagi waktu dengan baik untuk melakukan pekerjaannya dalam hal mendiskusikan masalah, mengunjungi anggota, mendidik serta mengejar anggotanya. Membagi waktu adalah kunci pekerjaan sedangkan bekerja merupakan hakekat pelayanan.
III. Bersama-sama disuruh untuk melayani
Obyek pelayanan yang dimaksud oleh penulis ialah menyangkut peribadatan atau persembahan kepada Allah. Kesaksian dalam keluarga yang memuat pengabdian diri, memiliki suatu fungsi sebagai korban yang hidup dalam melayani pekerjaan Allah. Persekutuan dari setiap anggota-anggota Gereja di dalam memenuhi setiap perintah Allah menjadi satu jalan bagi setiap Gereja yang ada untuk dapat saling melengkapi. Dengan demikian setiap pergumulan yang dihadapi oleh Gereja dalam memenuhi kurangnya tenaga dan kurangnya sumber perlengkapan menjadi dapat diatasi. Penggilan untuk membebaskan dan memerdekakan manusia atau bangsa, diharapkan dapat dijawab oleh persekutuan dan kebersamaan Gereja dalam pelayanannya.
Kebersamaan para utusan memainkan peranan yang sangat penting, karena kebersamaan yang ada menandakan unsur persekutuan dan suatu tanda perner-kerja pelayanan dengan tujuan agar dunia percaya akan tubuh Kristus yang satu. Pelayanan berlaku tidak hanya untuk satu pihak saja, tetapi semua anggota berpartisipasi dan bertanggung jawab dalam tugas pelayanan ituberdasarkan kasih karunia Allah (1 Petrus 4:10-11).
Bantuan dari setiap jemaat memainkan peranan yang sangat penting dalam kehidupan gereja. Kehidupan jemaat berfungsi sebagai jemaat yang belajar dan jemaat yang bersekutu. Tanggung jawab bersama dalam memikul beban menunjukkan hubungan antara Gereja, solidaritasnya serta keesaan tubuh Kristus.
IV. Fungsi roh dalam Pelayanan Umat Allah
Roh atau Ruakh dalam Perjanjian Lama dan Pneuma dalam Perjanjian Brau memiliki makan nafas/angin/hidup. roh Allah memiliki kegunaan dalam pelayanan umat Allah. Dapat dikatakan bahwa Roh Allah menjadi satu hal yang sangat penting dalam pelayanan seseorang. Pada bagian Bab ini, pengarang buku menjelaskan dari sudut kegunaannya dalam pelayanan itu sendiri. Sebagai dasar dan titik-tolak pemikiran dan pengalaman umat Allah itu ialah bahwa Allah diterima dalam Gereja sebagai hal yang bersifat Roh/Rohani.
Kegunaan Roh Allah dalam pelayanan umat Allah ialah dimana Roh yang mempersekutukan, Roh yang menghidupkan manusia dan Roh yang memerdekakan.. Manusia hidup melalui iman yang mempunyai dasar dalam kebangkitan Yesus dan menjadi suatu pengakuan iman setiap jemaat bahwa Yesus adalah Tuhan. Arti, pemakaian dan fungsi Roh dalam pelayanan merupakan hal yang sangat penting untuk kita perhatikan sebagai seorang pelayan. Pengenalan akan Roh akan memberi hidup baru kepada setiap pelayan, serta memerdekakan kita dalam Kristus dan menyelamatkan kita dari gangguan roh-roh dunia (Kol 2:8), Roh dapat memimpin kita hidup dalam persekutuan dengan Allah.
V. Pelayanan dan Kesaksian
Pelayanan Gereja bukanlah pelayanan terhadap kelas atasan belaka, akan tetapi mencapai seluruh lapisan yang hina, tanpa pandang muka. Dasar pelayanan yang diajukan Yesus kepada murid-muridnya ialah pribadi dan kerjanya sendiri. Yesuslah gambaran Pelayan yang sebenarnya, yang menjadi pedoman bagi pelayan-pelayan yang ada di dalam Gereja. Kesaksian adalah salah satu hakekat Gereja sepanjang masa. Pelyanan dan Kesaksian memiliki hubungan yang sangat erat, hal tersebut dapat kita lihat dalam Yes 43:10-21, di mana perbuatan Allah selalu diikuti oleh tuntutan kesaksian kepada hambaNya.
Sesorang yang ingin menjadi pemimpin harus menjadi seorang pelayan dan seorang hamba juga. Ada beberapa unsur yang sangat penting dalam pelayanan kita agar seorang pelayan mampu membangun atau membentuk sesuatu, diantaranya adalah unsur perdamaian, perencanaan, kecepatan kerja, menetraliser tubuh dan unsur pendidikan. Kelima unsur ini harus dapat dilaksanakan dengan baik oleh seorang pelayan, sehingga selain membangun jemaat seorang pelayan juga mampu untuk memelihara pembangunan yang telah dibuat.
VI. Penggembalaan dan Pembangunan
Maksud dari penggembalaan ialah untuk memimpin jemaat, termasuk juga untuk menilik anggota-anggotanya agar lebih dewasa di dalam tanggungjawabnya. Fungsi penggembalaan seluruhnya berdasar pada gembala yang baik. Manusia adalah tujuan dari pembangunan itu sendiri. Pembangunan bukan hanya menyangkut suku bangsa atau bangsa saja, tetapi benar-benar menyangkut seluruh bangsa dan kerajaan. Pembangunan menyangkut seluruh kehidupan bangsa-bangsa. Tujuan terdalam dalam pembangunan adalah manusia itu sendiri.Allah membangun KerajaanNya di dalam masa kehadiran Yesus Kristus. Membebaskan manusia dari tekanan-tekanan dan ikatan-ikatan kehidupan adalah tujuan penggembalaan di masa pembangunan, sehingga manusia itu sebagai ciptaan Allah (Imago Dei) yang dapat merealisasikan titah kerja dalam kehidupan yang menghasilkan produksi yang merata kepada sesama manusia, dan sekaligus melayani Allah. Bukan tidak mungkin jika di dalam pelaksanaan pembangunan, pelayanan kepada Allah di dalam segala bentuknya dapat disudutkan.
VII. Arti dan Kehadiran kita di Eropa bagi pembangunan di Tanah Air
Bagi penulis, tujuan dari suatu pembangunan adalah manusia yang berdaulat, yang sejahtera, yang adil dan yang hidup dalam kasih. Perlu dipahami bahwa pokok dari penggerak pembangunan adalah manusia itu sendiri, manusia sebagai ciptaan Allah, manusia pekerja dan manusia pengabdi. Dasar inilah yang menjadikan manusia terpanggil untuk mengisi hari depan satu bangsa dengan bangsa lainnya. Kehadiran kita dalam suatu pembangunan adalah untuk menjadi kairos yang sunguh-sungguh untuk menjadikan kesempatan yang ada sebagai waktu untuk melayani bangsa lain yang lebih besar. Tugas kita saat ini untuk masa depan adalah pemahaman kita mengenai Eropa sebagai lapangan Persekutuan. Pertemuan Kristen Indonesia yang diadakan di Wuppertal-Barmen menggeriskan bahwa Eropa adalah sebagai lapangan persekutuan.
Dari sudut Injil dan Iman Kristen kita terpnggil untuk mengisi dan menegakkan bentuk serta fungsi persekutuan itus endiri khususnya di Eropa, hal ini disebabkan karena kehadiran kita di Tanah Air adalah dari latarbelakang suku-suku dan sub-kebudayaan yang berbeda-beda, dari latar belakang Gereja yang berbeda-beda. Selain itu, kehadiran kita di Eropa adalah dalam system masyarakat yang majemuk dan terpisah-pisah, kehadiran kita di Eropa adalah untuk melakukan studi dan tugas yang berbeda. Karena begitu banyaknya unsure yang dapat memisahkan kita di Eropa ini, maka kebutuhan untuk saling memenuhi Persekutuan merupakan hal yang penting untuk kit lakukan. Adapun hubungan-hubungan yang memungkinkan kita mendapat arti kehadiran di Eropa adalah :
1. Alamiah/geograpis, persekutuan yang didasarkan atas dasar kebangsaan. Pertemuan ini tidak bersifat politik, akan tetapi merupakan suatu pemenuhan tugas Gereja.
2. Oikumenisasi, dimana adanya suatu kerjasama dan persekutuan rohani. Persekutuan yang dimaksud adalah mencakup pertemuan-pertemuan seiman.
Eropa menjadi sangat penting bagi kita karena Eropa sebagai lapangan studi dalam pelayanan kita. Pembinaan dan pengetahuan yang cukup berarti akan kita dapatkan adalah dalam hal mengangani masalah-masalah keterampilan dalam mengelola manejemen, administrasi dan dalam pengolahan organisasi. Eropa dapat juga dikatakan sebagai lapangan Pelayanan kita. Dengan demikian, dapat dipahami secara jelas betapa pentingnya kehadiran kita di Eropa bagi pembangunan di Tanah Air. Banyak hal yang kita dapatkan dalam usaha pembangunan pelayanan kita di Tanah Air. Akan tetapi perlu diingat bahwa kehadiran kita tidak terlepas bahkan berpadu dengan kehadiran Kerajaan Allah dalam tugas penyelamatan dan pembaharuan.
VIII. Penulisan
IX. Penutup
Dr.A.A.Sitompul dalam bukunya yang berjudul Di Pintu Gerbang Pembinaan Warga Gereja 2 menyajikan suatu pandangan terhadap pembangunan dalam pelayaan Gereja, baik kepemimpinan dalam Gereja maupun masyarakat. Kepemimpinan adalah hal yang harus kita perhatikan secara jeli. Kita harus memahami dengan jelas, bagaimana seorang pemimpin yang layak dikatakan sebagai pemimpin dengan memperbandingkan kriteria seorang pemimpin yang telah disajikan oleh penulis. Penggembalaan sebagai seorang pelayan menjadi sangat penting, karena segala sesuatu yang berhubungan dengan pembangunan berpusat dari seorang pemimpin. Selain pembangunan yang kita lakukan dalam gereja, hendaknyalah kita juga memperhatikan pembangunan yang dapat kita lakukan di dalam masyarakat. Dalam hal ini, oikumenisasi menjadi hal yang penting agar berkembangnya suatu persekutuan yang tidak hanya berjalan di tempat, akan tetapi tercipta persekutuan dari berbagai latar belakang sejarah bangsa yang berbeda-beda. Pembangunan yang diharapkan dapat terwujud jika adanya kebersamaan antar pemimpi dengan anggotanya. Kebersamaan merupakan suatu rangka keesaan dalam menghadapi tugas pelayanan dan pembangunan wilayah yang lebih luas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar