Sabtu, 29 Oktober 2011

Sebuah Perjalanan Yang Panjang!! Slideshow Slideshow

Sebuah Perjalanan Yang Panjang!! Slideshow Slideshow: TripAdvisor™ TripWow ★ Sebuah Perjalanan Yang Panjang!! Slideshow Slideshow ★ to Pematangsiantar (near Pemantangsiantar). Stunning free travel slideshows on TripAdvisor

Kamis, 20 Oktober 2011

Pelayanan dan Kepemimpinan

PELAYANAN DAN KEPEMIMPINAN
Sebuah resensi dari buku berjudul
“ Di Pintu Gerbang Pembinaan Warga Gereja Bagian 2”
Karya Dr.A.A.Sitompul
tahun 1979
I.                   Pendekatan
Dr.A.A.Sitompul dalam bukunya yang berjudul “Di Pintu Gerbang Pembinaan Warga Gereja Bagian 2” ingin menunjukkan tentang bagaimana mencari dasar dan arti dari pengalaman umat Allah daalm Alkitab dan merefleksikannya kepada bangsa ini. Masalah penggembalaan, baik pelayanan maupun kepemimpinan menyangkut masalah kekuasaan tata kemasyarakatan dan unsure kemanusiaan. Dalam buku ini dijelaskan secara jelas, bagaimana dasar agar seorang dapat menjadi seorang pemimpin yang mampu memimpin dan dipimpin, baik dalam kegiatan dalam masyarakat maupun gereja. Kebersamaan dari berbagai macam perbedaan, serta peranan Roh Kudus dalam pelayanan merupakan fungsi imamat yang rajani bagi warga Gereja.
II.                Kepemimpinan Kristen dalam masyarakat dan Gereja
Dr.A.A.Sitompul menyoroti mengenai tinjauan pokok Alkitab terhadap pengertian mengenai kepemimpinan. Dalam PL, terdapat tokoh seorang pemimpin yaitu Musa yang memimpin bangsa Israel keluar dari perbudakan Mesir menuju tanah Kanaan. Sedangkan dalam PB kita temui pribadi Yesus sebagai gembala yang baik yang memainkan peranan seorang pemimpin.
Dijelaskan lebih lanjut dalam buku ini, bagaimana sifat-sifat yang harus dimiliki oleh pemimpin Kristen. Pemimpin harus dapat mengenal dengan baik orang yang dipimpinnya, secara langsung antara pribadi-pribadi. Sifat yang harus dimiliki dan digali setiap hari oleh seorang pemimpin, yaitu berdoa, belajar, menyediakan waktu dan bekerja. Berdoa menjadi hal yang penting, kerena berdoa bukanlah monopoli seorang pemimpin saja, tetapi juga menjadi tugas pokok kesetiaan orang-orang yang dipimpin (Kis 12:5).
Belajar yang dimaksudkan disini ialah dimana seorang pemimpin belajar dari peristiwa atau sejarah serta riwayat pemimpin yang telah mendahuluinya, hal ini bertujuan agar pekerjaan yang kurang baik tidak terulang lagi dalam masa kepemimpinannya. Disinilah pentingnya suatu studi sejarah Gereja, untuk mempelajari peristiwa-peristiwa yang perbah dihadapi oleh para pemimpin Kristen dari zaman ke zaman berikutnya. Menyediakan waktu berarti seorang pemimpin dituntut agar dapat membagi waktu dengan baik untuk melakukan pekerjaannya dalam hal mendiskusikan masalah, mengunjungi anggota, mendidik serta mengejar anggotanya. Membagi waktu adalah kunci pekerjaan sedangkan bekerja merupakan hakekat pelayanan.
III.             Bersama-sama disuruh untuk melayani
Obyek pelayanan yang dimaksud oleh penulis ialah menyangkut peribadatan atau persembahan kepada Allah. Kesaksian dalam keluarga yang memuat pengabdian diri, memiliki suatu fungsi sebagai korban yang hidup dalam melayani pekerjaan Allah. Persekutuan dari setiap anggota-anggota Gereja di dalam memenuhi setiap perintah Allah menjadi satu jalan bagi setiap Gereja yang ada untuk dapat saling melengkapi. Dengan demikian setiap pergumulan yang dihadapi oleh Gereja dalam memenuhi kurangnya tenaga dan kurangnya sumber perlengkapan menjadi dapat diatasi. Penggilan untuk membebaskan dan memerdekakan manusia atau bangsa, diharapkan dapat dijawab oleh persekutuan dan kebersamaan Gereja dalam pelayanannya.
Kebersamaan para utusan memainkan peranan yang sangat penting, karena kebersamaan yang ada menandakan unsur persekutuan dan suatu tanda perner-kerja pelayanan dengan tujuan agar dunia percaya akan tubuh Kristus yang satu. Pelayanan berlaku tidak hanya untuk satu pihak saja, tetapi semua anggota berpartisipasi dan bertanggung jawab dalam tugas pelayanan ituberdasarkan kasih karunia Allah (1 Petrus 4:10-11).
Bantuan dari setiap jemaat memainkan peranan yang sangat penting dalam kehidupan gereja.  Kehidupan jemaat berfungsi sebagai jemaat yang belajar dan jemaat yang bersekutu. Tanggung jawab bersama dalam memikul beban menunjukkan hubungan antara Gereja, solidaritasnya serta keesaan tubuh Kristus.
IV.             Fungsi roh dalam Pelayanan Umat Allah
Roh atau Ruakh dalam Perjanjian Lama dan Pneuma dalam Perjanjian Brau memiliki makan nafas/angin/hidup. roh Allah memiliki kegunaan dalam pelayanan umat Allah. Dapat dikatakan bahwa Roh Allah menjadi satu hal yang sangat penting dalam pelayanan seseorang. Pada bagian Bab ini, pengarang buku menjelaskan dari sudut kegunaannya dalam pelayanan itu sendiri. Sebagai dasar dan titik-tolak pemikiran dan pengalaman umat Allah itu ialah bahwa Allah diterima dalam Gereja sebagai hal yang bersifat Roh/Rohani.
Kegunaan Roh Allah dalam pelayanan umat Allah ialah dimana Roh yang mempersekutukan, Roh yang menghidupkan manusia dan Roh yang memerdekakan.. Manusia hidup melalui iman yang mempunyai dasar dalam kebangkitan Yesus dan menjadi suatu pengakuan iman setiap jemaat bahwa Yesus adalah Tuhan. Arti, pemakaian dan fungsi Roh dalam pelayanan merupakan hal yang sangat penting untuk kita perhatikan sebagai seorang pelayan. Pengenalan akan Roh akan memberi hidup baru kepada setiap pelayan, serta memerdekakan kita dalam Kristus dan menyelamatkan kita dari gangguan roh-roh dunia (Kol 2:8), Roh dapat memimpin kita hidup dalam persekutuan dengan Allah.
V.                Pelayanan dan Kesaksian
Pelayanan Gereja bukanlah pelayanan terhadap kelas atasan belaka, akan tetapi mencapai seluruh lapisan yang hina, tanpa pandang muka. Dasar pelayanan yang diajukan Yesus kepada murid-muridnya ialah pribadi dan kerjanya sendiri. Yesuslah gambaran Pelayan yang sebenarnya, yang menjadi pedoman bagi pelayan-pelayan yang ada di dalam Gereja. Kesaksian adalah salah satu hakekat Gereja sepanjang masa. Pelyanan dan Kesaksian memiliki hubungan yang sangat erat, hal tersebut dapat kita lihat dalam Yes 43:10-21, di mana perbuatan Allah selalu diikuti oleh tuntutan kesaksian kepada hambaNya.
Sesorang yang ingin menjadi pemimpin harus menjadi seorang pelayan dan seorang hamba juga. Ada beberapa unsur yang sangat penting dalam pelayanan kita agar seorang pelayan mampu membangun atau membentuk sesuatu, diantaranya adalah unsur perdamaian, perencanaan, kecepatan kerja, menetraliser tubuh dan unsur pendidikan. Kelima unsur ini harus dapat dilaksanakan dengan baik oleh seorang pelayan, sehingga selain membangun jemaat seorang pelayan juga mampu untuk memelihara pembangunan yang telah dibuat.
VI.             Penggembalaan dan Pembangunan
Maksud dari penggembalaan ialah untuk memimpin jemaat, termasuk juga untuk menilik anggota-anggotanya agar lebih dewasa di dalam tanggungjawabnya. Fungsi penggembalaan seluruhnya berdasar pada gembala yang baik. Manusia adalah tujuan dari pembangunan itu sendiri. Pembangunan bukan hanya menyangkut suku bangsa atau bangsa saja, tetapi benar-benar menyangkut seluruh bangsa dan kerajaan. Pembangunan menyangkut seluruh kehidupan bangsa-bangsa. Tujuan terdalam dalam pembangunan adalah manusia itu sendiri.Allah membangun KerajaanNya di dalam masa kehadiran Yesus Kristus. Membebaskan manusia dari tekanan-tekanan dan ikatan-ikatan kehidupan adalah tujuan penggembalaan di masa pembangunan, sehingga manusia itu sebagai ciptaan Allah (Imago Dei) yang dapat merealisasikan titah kerja dalam kehidupan yang menghasilkan produksi yang merata kepada sesama manusia, dan sekaligus melayani Allah. Bukan tidak mungkin jika di dalam pelaksanaan pembangunan, pelayanan kepada Allah di dalam segala bentuknya dapat disudutkan.
VII.          Arti dan Kehadiran kita di Eropa bagi pembangunan di Tanah Air
Bagi penulis, tujuan dari suatu pembangunan adalah manusia yang berdaulat, yang sejahtera, yang adil dan yang hidup dalam kasih. Perlu dipahami bahwa pokok dari penggerak pembangunan adalah manusia itu sendiri, manusia sebagai ciptaan Allah, manusia pekerja dan manusia pengabdi. Dasar inilah yang menjadikan manusia terpanggil untuk mengisi hari depan satu bangsa dengan bangsa lainnya. Kehadiran kita dalam suatu pembangunan adalah untuk menjadi kairos yang sunguh-sungguh untuk menjadikan kesempatan yang ada sebagai waktu untuk melayani bangsa lain yang lebih besar. Tugas kita saat ini untuk masa depan adalah pemahaman kita mengenai Eropa sebagai lapangan Persekutuan. Pertemuan Kristen Indonesia yang diadakan di Wuppertal-Barmen menggeriskan bahwa Eropa adalah sebagai lapangan persekutuan.
Dari sudut Injil dan Iman Kristen kita terpnggil untuk mengisi dan menegakkan bentuk serta fungsi persekutuan itus endiri khususnya di Eropa, hal ini disebabkan karena kehadiran kita di Tanah Air adalah dari latarbelakang suku-suku dan sub-kebudayaan yang berbeda-beda, dari latar belakang Gereja yang berbeda-beda. Selain itu, kehadiran kita di Eropa adalah dalam system masyarakat yang majemuk dan terpisah-pisah, kehadiran kita di Eropa adalah untuk melakukan studi dan tugas yang berbeda. Karena begitu banyaknya unsure yang dapat memisahkan kita di Eropa ini, maka kebutuhan untuk saling memenuhi Persekutuan merupakan hal yang penting untuk kit lakukan. Adapun hubungan-hubungan yang memungkinkan kita mendapat arti kehadiran di Eropa adalah :
1.      Alamiah/geograpis, persekutuan yang didasarkan atas dasar kebangsaan. Pertemuan ini tidak bersifat politik, akan tetapi merupakan suatu pemenuhan tugas Gereja.
2.      Oikumenisasi, dimana adanya suatu kerjasama dan persekutuan rohani. Persekutuan yang dimaksud adalah mencakup pertemuan-pertemuan seiman.
Eropa menjadi sangat penting bagi kita karena Eropa sebagai lapangan studi dalam pelayanan kita. Pembinaan dan pengetahuan yang cukup berarti akan kita dapatkan adalah dalam hal mengangani masalah-masalah keterampilan dalam mengelola manejemen, administrasi dan dalam pengolahan organisasi. Eropa dapat juga dikatakan sebagai lapangan Pelayanan kita. Dengan demikian, dapat dipahami secara jelas betapa pentingnya kehadiran kita di Eropa bagi pembangunan di Tanah Air. Banyak hal yang kita dapatkan dalam usaha pembangunan pelayanan kita di Tanah Air. Akan tetapi perlu diingat bahwa kehadiran kita tidak terlepas bahkan berpadu dengan kehadiran Kerajaan Allah dalam tugas penyelamatan dan pembaharuan.
VIII.       Penulisan

IX.             Penutup
Dr.A.A.Sitompul dalam bukunya yang berjudul Di Pintu Gerbang Pembinaan Warga Gereja 2 menyajikan suatu pandangan terhadap pembangunan dalam pelayaan Gereja, baik kepemimpinan dalam Gereja maupun masyarakat. Kepemimpinan adalah hal yang harus kita perhatikan secara jeli. Kita harus memahami dengan jelas, bagaimana seorang pemimpin yang layak dikatakan sebagai pemimpin dengan memperbandingkan kriteria seorang pemimpin yang telah disajikan oleh penulis. Penggembalaan sebagai seorang pelayan menjadi sangat penting, karena segala sesuatu yang berhubungan dengan pembangunan berpusat dari seorang pemimpin. Selain pembangunan yang kita lakukan dalam gereja, hendaknyalah kita juga memperhatikan pembangunan yang dapat kita lakukan di dalam masyarakat. Dalam hal ini, oikumenisasi menjadi hal yang penting agar berkembangnya suatu persekutuan yang tidak hanya berjalan di tempat, akan tetapi tercipta persekutuan dari berbagai latar belakang sejarah bangsa yang berbeda-beda. Pembangunan yang diharapkan dapat terwujud jika adanya kebersamaan antar pemimpi dengan anggotanya. Kebersamaan merupakan suatu rangka keesaan dalam menghadapi tugas pelayanan dan pembangunan wilayah yang lebih luas.


Apa yang dimaksud dnegan Kritik Sastra dan Bentuk?


1.                  Kritik Sastra
Kritik Sastra mencakup semua persoalan yang timbul sehubungan dengan teks sendiri, termasuk pengarang, konteks sejarah dan berbagai aspek bahasa dan juga isi teks. Kritik sastra digunakan untuk menggambarkan isi dan ciri-ciri khasnya serta menghubungkannya satu sama lain.[1] Kritik sastra menaruh perhatian pada topik-topik yang luas, misalnya struktur karangan dan karakter teks, teknik-teknik gaya bahasa, pemakaian gambar-gambar dan simbol-simbol oleh pengarang, efek-efek dramatis dan estetis yang ditimbulkan sebuah karya. Semua faktor ini berperan ketika kita membaca dan mencoba memahami teks-teks Alkitab. Adapun hal yang berkaitan dengan kritik sastra adalah kritik retorika. Kritik Retorika menaruh perhatian pada persoalan bagaimana seorang pembicara mengajukan suatu pandangan dan berupaya untuk meyakinkan pendengar atau pembaca akan keabsahan pandangannya itu, kritik retorika dapat diterapkan pada tulisan-tulisan, karena kebanyakan teks kuno berbentuk tulisan yang disusun untuk dibaca.[2]
Adapun jenis satra dalam Perjajian Baru dapat dibagai menjadi 2:
1.      Sastra besar/ Genre (Naratif, tulisan/epistle dan wahu/apocalypse)
2.      Sastra Kecil/Sub-Genre (Ucapan-ucapan, Perumpamaan, Puisi dan nyanyian).
Tugas Ktitik Sastra :
Kritik sastra meneliti satuan-satuan nats, misalnya suatu rangkaian cerita dan nuuat nabi dalam Alkitab. Penafsir harus berusaha mengetahu apakah nats-nats dalam satuan rangkaian tersebut ditulis/disusun oeh seorang atau lebih. Semakin jelas penafsir menjelaskan analisis sastra tersebut, maka semakin jelas pula ditemukan tambahan-tambahan kata atau sisipan, ulangan atau duplikat dan pertentangan-pertentangan dalam naskah masorah atau dalam naskah lainnya. Tambahan bahan atau sisipan tersebut tidak dimasukan begitu saja dala susunan nats. Proses pembentukan kejadian kata-kata itu memerlukan waktu yang lama dalam sejarah kesusastraan itu sendiri.[3]
2.                  Kritik Bentuk
Kritik bentuk tidak hanya mengidentifikasikan berbagai jenis sastra, kritik bentuk juga menaruh perhatian pada usaha untuk menentukan dan menetapkan kedudukan dalam kehidupan (sitz im leben), yang dulu didalamnya jenis-jenis sastra dihasilkan, dibentuk dan dipakai. Dimensi kritik bentuk berpusat pada jenis sastra, lingkungan sosial dan kelembagaannya yang khusus serta latar belakang budayanya secara keseluruhan. Penafsir yang menaruh perhatian pada kritik bentuk harus mengetahui jenis sastra dan struktur sastranya dan cara penyusunan.[4]
Kritik bentuk meneliti bentuk suatu nats secara deskriptif dan sejarah, mencari ciri-ciri khusus keberadaan nats dalam bentuknya dalam Perjnjian Baru, dan bagaimana bentuk tersebut dipelihara dalam bentuk sejarah dan tradisi lisan dari jemaat sebagai satu persekutuan.
Dua dimensi yang terdapat dalam Kritik bentuk:
1.            Penggolongan bahan alkitabiah kedalam berbagai jenis dan pengkaitan antara jenis-jenis ini dengan kenyataan-kenyataan kemasyarakatan dalam kehidupan Israel Kuno dan gereja mula-mula.
2.            Penelitian teks dipusatkan pada masalah-masalah histories, sumber-sumber dan kesastraan yang dilihat secara berbeda pada maa kini.[5]
Tugas Kritik Bentuk :
·          Menemukan hal-hal yang tersembunyi dalam teks
·         Menyelidiki teks dan mengisolasi bentuknya
·         Menyusun tradisi lisan yang sudah digolongkan
·         Menangani hal-hal yang tidak dapat dijawab oleh kritik sastra
·         Dapat memisahkan teks tetapi tidak dapat mengumpulkannya kembali.

DAFTAR PUSTAKA

Hasan Sutanto
2007                                Hermeneutik, Malang (Literatur SAAT)

John Hayes
      2006               Pedoman Penafsiran Alkitab, Jakarta (BPK Gunung Mulia)

A.A.Sitompul, 2
      2008              Metode Penafsiran Alkitab, Jakarta (BPK Gunung Mulia)





[1] Hasan Sutanto, Hermeneutik, Literatur SAAT, Malang 2007: hlm. 295
[2] John Hayes, Pedoman Penafsiran Alkitab, BPK Gunung Mulia, Jakarta 2006: hlm. 86-87.
[3] A.A.Sitompul, Metode Penafsiran Alkitab, BPK Gunung Mulia, Jakarta 2008: hlm. 65-66
[4] Hayes, Op.Cit., hlm. 99
[5] Sitompul, Op.Cit., hlm. 126

Pemahaman Emosi Anak terhadap buku Perkawinan, Perceraian, dan Kesehatan Emosional Anak

Perkawinan, Perceraian,
dan Kesehatan Emosional Anak
          Dalam buku tersebut dijelaskan bagaimana keadaan dan kondisi seorang anak yang berada dalam keadaan yang tidak menguntungkan, misalnya orangtuanya  bercerai. Jika kita bertanya kepada orang dewasa yang semasa kecilnya kurang bahagia karena perkawinan orang tua yang tidak harmonis, maka kemungkinan kita akan mendengar kisah-kisah yang sedih, kebingungan, harapan palsu dan kepahitan. Barangkali mereka akan ingat kembali masa yang begitu menyalitkan ketika orang tua mereka akan bercerai, atau orang tua mereka adalah orang tua yang berusaha mempertahankan perkawinan demi anak-anak. Dapat kita bayangkan betapa pahitnya hidup di dalam keluarga yang orang tuanya saling menyakiti setiap harinya.
          Bila seorang ayah dan ibu memperlihatkan permusuhan dan penghinaan satu sama lain, anak-anak akan sangat menderita. Hal ini karena suasana sehari-hari sebuah perkawinan atau perceraian akan menciptakan sejenis ekologi emosional bagi anak-anak. Sama seperti sebuah pohon yang dipengaruhi oleh mutu udara, air dan tanah dalam lingkungan, maka kesehatan anak-anak akan ditentukan oleh hubungan-hubungan intim yang mengelilinginya. Pergaulan seorang ayah dan ibu terhadap anak akan mempengaruhi sikap dan prestasi anak, kemampuan untuk mengatur emosinya dan kemampuannya untuk bergaul dengan orang lain. Pada umumnya, jika orang tua saling mendukung dan mengasuh, maka mekarlah kecerdasan emosional anak. Berbanding terbalik dengan anak yang setiap hari mengalami permusuhan orang tua mereka, barangkali mereka akan menghadapi resiko-resiko yang buruk.
          Hal ini menjadi peringatan penting bagi orang tua atau pasangan yang hendak bercerai agar mengurungkan niatnya, dan segera terdorong untuk memperbaiki hubungan mereka. Jadi, dapat disimpulkan bahwa konflik antar orang tua itu sendiri yang sangat berbahaya bagi anak-anak, melainkan cara yang digunakan oleh orang tua untuk menangani perselisihan mereka.[1] Pelatihan emosi dapat mempunyai efek penyangga, artinya bila orang tua dapat mendampingi anak-anak mereka secara emosional, dengan menolong mereka mengatasi perasaan-perasaan negatif, dan membimbing mereka melalui saat-saat stres keluarga, anak-anak itu akan terlindung dari banyak pengaruh yang merusak, yang diakibatkan oleh masalah keluarga, termasuk perceraian. Sampai saat ini, pelatihan emosi merupakan satu-satunya penyangga yang telah teruji melawan efek-efek berbahaya ini.
          Jadi dapat kita simpulkan bahwa peta jalan untuk menjadi orang tua yang baik adalah peta jalan yang sama untuk memperbaiki sebuah perkawinan. Gaya pribadi yang sama yang ditunjukkan oleh orang tua adalah cara untuk melatih emosi anak. Sadar secara emosional, berempati dan terbuka terhadap pemecahan masalah secara bersama-sama merupakan suatu gaya yang baik bagi sebuah pernikahan. selain menjadi orang tua yang baik, mereka juga telah memperbaiki hubungan dengan pasangan hidup mereka. Satu hal yang perlu kita ingat adalah dimana perselisihan rumah tangga dan perceraian mempengaruhi anak-anak.

Tanggapan dan Refleksi
          Pada masa sekarang ini, banyak terjadi perceraian antar pasangan, mereka cenderung membawa egois mereka masing-masing. Tanpa mereka sadari, hal tersebut memberikan goresan hitam yang sangat  memilukan bagi hati anak.[2] Sebagai orang Kristen, hendaklah kita dapat meneladani kasih yang diberikan Allah kepada kita dan kita bagikan kepada sesama kita, termasuk kepada pasangan dan kepada anak. Janganlah semudah membalikan telapak tangan ketika ssatu pasangan memutuskan untuk bercerai. Matius 19:6 menuliskan, Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia. Ini harus menjadi landasan suatu pernikahan. Pasangan suami, istri dan anak harus dapat menjadi satu keluarga yang harmonis yang meneladani kasih Kristus (Efesus 6:1-4).
          Orangtua harus memperlihatkan kasih, kehangatan dan komunikasi yang baik kepada anak mereka secara mendalam dan intensif. Ini bukanlah tugas yang mudah, oleh karena itu dalam keluarga tersebut harus dibiasakan untuk mengandalkan Tuhan sepenuhnya.[3] Hal-hal dasar yang harus dilakukan oleh orang tua terhadap anak adalah, harus mampu membesarkan anak-anak yang mengenal dan mengasihi Tuhan dan mengikuti jalanNya, memberikan kasih sayang secara melimpah, ajarlah dengan disiplin yang konsisten dan ajarlah dengan kata-kata anda.[4] Gereja juga harus mampu mengambil bagian dalam setiap permasalahan yang dihadapi oleh seorang anak. Misalnya anak yang tidak mendapatkan kebahagiaan dalam keluarganya, maka dalam kegiatan sekolah minggu, hendaknya dia dapat merasakannya.
DAFTAR PUSTAKA

Suhartin,R,I               
 Mengatasi kesulitan-kesulitan Pendidikan Anak Jakarta  (BPK Gunung Mulia)

Frank Minirth
2003                Kebahagiaan Sebuah Pilihan, Jakarta (BPK Gunung Mulia)


K.C. Hinckley                        
1996                Kompas Kehidupan Kristen, Bandung (Yayasan Kalam Hidup)




[1] [1] Frank Minirth, Kebahagiaan Sebuah Pilihan, BPK Gunung Mulia, Jakarta 2003: hlm. 207.
[2] Ibid., hlm. 171.
[3] Frank Minirth, Kebahagiaan Sebuah Pilihan, BPK Gunung Mulia, Jakarta 2003: hlm. 207.
[4] K.C. Hinckley, Kompas Kehidupan Kristen, Yayasan Kalam Hidup, Bandung 1996: hlm. 194.


MANUSIA dari pandangan buku Dogmatika Masa Kini dan Manusia Gambar Allah

MANUSIA
Dogmatika Masa Kini & Manusia Gambar Allah


    “Lihatlah Manusia Itu”
Pemaparan yang terdapat dalam buku Dogmatika Masa Kini, pada bagian pertama mengenai manusia, dijelaskan bahwa manusia secara umum digambarkan berdasarkan ucapan Pilatus yang mengatakan “Lihatlah manusia itu!” (Yoh 19:5). Ucapan Pilatus mengandung satu pemahaman, yakni manusia itu adalah mahluk yang hina dan perlu di kasihani. Memang benar, bahwa kita sebagai manusia adalah mahkluk yang tidak mungkin pernah terlepas dari ancaman dunia. Hal tersebut dapat dibuktikan melalui kenyataan yang ada, dimana kekuasaan dan politik selalu berusaha untuk menaklukan manusia. Pandangan Gereja Kristen tentang manusia mengatakan bahwa manusia adalah manusia, manusia tidak boleh terlalu berpusat pada dirinya sendiri.
Sejak semula Allah telah menempatkan dirinya sebagai manusia bisa sama seperti kita. Jadi, sangat baik jika kita memahami ucapan Pilatus tersebut dianggap hanya sebagai suatu kalimat perintah, “ perhatikanlah manusia itu!”. Menemukan arti dan harga diri manusia merupakan pesan yang harus kita perhatikan. Kita harus pahami bahwa kita adalah manusia, dan kita hidup bersama dengan sesama manusia. Sesama manusia berarti setiap orang  yang bersama kita manusia. Manusia adalah mahkluk yang merdeka, kita adalah manusia yang seutuhnya, di dalam dunia saat ini, keadaan kita sebagai manusia menjadi terancam. Oleh karena itu pengarang buku Dogmatika Masa Kini lebih menegaskan bahwa kalimat “ perhatikanlah manusia itu!” berarti pada saat ini kita harus kembali bercermin siapa diri kita sebagai seorang manusia, agar ancaman yang datang  pada manusia dapat dikendalikan, perhatikanlah diri kita sebagai manusia. Manusia adalah gambar Allah yang ada di dunia ini, karena kita adalah ciptaan Allah dan kita ada karena Allah sendiri yang telah menghembuskan nafasnya bagi kita.
            “Inilah Manusia!”
Ucapan Pilatus terhadap Yesus memiliki makna bahwa “inilah si manusia, dialah manusia itu!”  mengandung satu kebenaran bahwa jika kita ingin mengenal dan ingin mngetahui apa sebenarnya manusia, maka haruslah memandang Yesus Kristus. Di dalam Yesus akan dinyatakan siapa Allah sekaligus apa dan bagaimana manusia itu. Kedua buku tersebut memiliki satu pemahaman yang sama tentang siapa manusia, yaitu bahwa jika ingin mengetahui siapa manusia, maka kita harus dimulai dari ajaran tentang manusia/antropologi yang pada hakekatnya bergantung pada ajaran tentang Kristus/Kristologia. Yesus adalah sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia, ia sanggup memperdamaikan kita dengan Allah dan perdamaian itu berlaku bagi kita manusia. Dalam keesaan PribadiNya Ia merangkap kedua tabiat itu. KeilahianNya dan kemanusiaanNya tidak boleh dipandang sebagai dua tingkatan yang tersendiri. Kristologia harus kita gunakan dalam antropologia, sehingga kita dapat memahami bahwa menjadi manusia berarti hidup dalam hubungannya dengan Allah dan hidup dalam hubungannya dengan sesama manusia.
         Hubungan manusia dengan Allah
Kita sungguh-sungguh menjadi manusia ketika ada perjumpaan dengan Allah, dan ada perbuatan dari diri untuk percaya dan mengaku akan Allah. Menjadi manusia berarti hidup di hadirat Allah, dan hidup bersama-sama dengan Allah, oleh karena itulah dijelaskan dalam kedua buku bahwa kita sebagai manusia berbeda dengan binatang. Dalam kepercayaan kita kepada Allah maka kita akan menemukan arti dan harga manusia. Dalam buku Dogmatika Masa Kini dikatakan hubungan manusia dengan Allah  merupakan suatu tindakan, artinya percaya bahwa hubungan itu merupakan satu pribadi antara Allah dengan manusia. Jadi manusia itu sungguh-sungguh subjek sebagai pribadi yang hidup beserta Allah. Sedangkan dalam buku Manusia Gambar Allah dikatakan bahwa hubungan Alah dengan manusia ternyata Dia adalah Allah yang majemuk, artinya kemajemukan dalam tindakan Allah yang tidak hanya dalam satu prinsip keilahian yang kaku, tetapi dalam kemajemukan dan tindakan yang beranekaragam ini, Allah tidak pernah menyangkal hakikatNya. 

Sejarah Nenek Moyang Batak

Sejarah Nenek Moyang Batak

            I.          Pendahuluan
Sejarah nenek moyang Batak dimulai dari salah satu tempat yang masih menyimpan banyak cerita bersejarah yaitu “Pusuk Buhit”. Puncak ini terletak di Desa Limbong–Sagala, Kecamatan Sianjur Mula-mula, Kabupaten Samosir, berjarak sekitar 15 km dari Pangururan.
Pusuk Buhit dianggap sebagai suatu tempat asal mula dari nenek moyang orang Batak. Dari puncak Pusuk Buhit inilah nenek moyang orang Batak menyebar ke beberapa daerah, hingga saat ini banyak orang Batak yang berada dibeberapa tempat. Masyarakat Batak meyakini bahwa asal mula nenek moyang tersebut berasal dari Puncak Pusuk Buhit. Dalam tulisan ini, penulis akan mencoba memaparkan secara singkat sejarah asal mula nenek moyang orang Batak, sejarah yang dimaksudkan menyangkut sejarah waktu, peristiwa, pelaku dan tempat.
II.                Isi
2.1       Asal mula tempat nenek moyang Batak
Menurut kepercayaan masyarakat Batak, pada abad XII, Pusuk Buhit dianggap sebagai tempat asal muasal seluruh suku Batak. Dalam perkembangannya, nenek moyang Suku Batak menyebar kedelapan penjuru mata angin, yaitu: Purba, Anggoni, Dangsina, Nanriti, Pastia, Mangadia, Utara dan Irisana atau dari Timur hingga Timur Laut.[1]
Di kaki bukit, terdapat sebuah tempat keramat yang dianggap sakral bagi masyarakat setempat. Batu itu bernama “Batu Hobon”. Bentuknya seperti batu berdiameter 1 m dengan bagian bawah berong. Dulu di tempat ini kerap diadakan upacara sakral yang masih berlanjut hingga sekarang. Upacara itu diyakini sebagai penghormatan pada roh leluhur sekaligus menerima pewahyuan dari nenek moyang, dikenal dengan sebutan “Tatea Bulan“. Di Batu Hobon inilah pomparan Ompu Guru Tatea Bulan pada mulanya bermukim. Pusuk Buhit merupakan tempat turunnya Si Raja Batak yang pertama, diutus oleh Mulajadi Nabolon atau Tuhan Yang Maha Esa untuk menguasai tanah batak. Disanalah Raja Batak memulai kehidupannya.
            2.2       Asal mula nenek moyang Batak
Bila diperhatikan dari catatan-catatan sejarah, maka ada dugaan bahwa Kerajaan Batak sudah ada pada permulaan tahun masehi. Kerajaan Batak mengalami kehancuran sebagai Kerajaan Maritim mulai tahun 1023 masehi oleh serbuan pertama Rayendra Cola III dari India Selatan. Awal mula kelemahan kerajaan Aru adalah berpangkal mula atas perkawinan sesama saudara kembar, hal ini merupakan catatan bersejarah dari mitologi Si Raja Batak sekaligus sebagi amanat kepada generasi berikutnya. Amanat ini sengaja dibuat demikian supaya peristiwa kehancuran kerajaan Aru tidak terulang kembali kepada kerajaan Batak berikutnya.
Sudah menjadi kebiasaan pada saat itu bahwa kesusasteraan dipergunakan untuk memusatkan kekuasaan ditangan raja karena raja itu dianggap sebagai titisan dewa. Demikianlah halnya dengan Si Raja Batak yang merupakan keturunan dari kerajaan Aru.
Ia mengundurkan diri ke pedalaman Pulau Sumatera di bawah gunung Pusuk Buhit saat istananya dihancurkan. Akibatnya kerajaan Aru menjadi terpecah-pecah, ada usaha untuk merebut kembali ibu kota kerajaan dahulu yakni di teluk Aru namun tidak pernah berhasil karena pasukan yang ditinggalkan Rayendra Colas III di teluk Aru terlalu kuat bagi kerajaan-kerajaan Batak yang sudah terpecah tadi. Kemudian, keturunan kerajaan dan panglima-panglima kerajaan Aru mendirikan kerajaan-kerajannya sendiri-sendiri.
Si Raja Batak menyadari bahwa kerajaan Aru sulit untuk dipersatukan dengan kekuatan senjata. Perpecahan dari kalangan raja yang berpangkal dari perkawinan nenek moyangnya sesama saudara kembar seperti yang telah disebutkan di atas tidak boleh lagi terjadi.
Sebab itu Si Raja Batak dengan ahli sasteranya membuat catatan sejarah sebagai amanat bahwa kerajaan batak dapat dipersatukan jika sepakat dengan ketentuan yang dibuat, yakni: yang pertama, rakyat dapat menyatukan kepercayaan mereka dan pikiran mereka terlebih dahulu. Yang kedua, menyingkirkan segala perpecahan yang terjadi pada sesama saudara akibat dari perkawinan incest. Karena hal inilah tadinya sehingga Si Raja Batak disebut sebagai turunan dewa. Kemudian Si Raja Batak menciptakan silsilahnya dengan ketentuan peraturan bahwa perkawinan sesama saudara adalah hal yang tabu.[2]
2.3       Silsilah Marga Nenek Moyang Batak
Silsilah nenek moyang Batak berasal dari keturunan Siboru Deak Parujar dengan Siraja Odap-odap. Setelah mereka menikah, mereka memiliki anak kembar yaitu: laki-laki dinamakan Siraja Ihat Manisia dan perempuan dinamakan Siboru Ihat Manisia. Setelah kedua anaknya dewasa, ibu mereka Siboru Deak Parujar memohon kepada Mulajadi Nabolon supaya turun ke banua tonga untuk memberkati perkawinan kedua anaknya. Permintaan itu dikabulkan oleh Mulajadi Nabolon yang kehadirannya disertai dengan Debata Batara Guru ( ayah dari Siboru Deak Parujar ).
Dari hasil perkawinan Si Raja Ihat Manisia dan Siboru Ihat Manisia lahirlah Si Raja Miok-miok, Patundal Nabegu, Si Raja Lapas-lapas. Si Raja Miok-miok ini memiliki seorang putera bernama Eng Buana yang menurunkan tiga putera pula, yaitu: Si Raja Bonang-bonang, Si Raja Ujung Ace, Si Raja Lapung Jau. Si Raja Bonang-bonang memiliki seorang putera yaitu Guru Tantan Debata. Guru Tantan Debata mempunyai putera tunggal yaitu yang bernama Si Raja Batak.
 a.        Si Raja Batak memiliki dua orang anak yaitu:
1.      Guru Tatea Bulan (Nai Lontungan)
2.      Raja Isumbaon
 b.        Guru Tatea Bulan berputera 5 orang, yakni:
1.      Si Raja Biak-biak
2.      Tuan Sariburaja
3.      Limbong Mulana
4.      Sagala Raja
5.      Malau Raja
             c.        Puterinya  empat orang, yakni:
1.      Siboru Pareme
2.      Siboru Anting Sabunga
3.      Siboru Biding Laut
4.      Siboru Nantinjo


 d.        Raja Isumbaon hanya berputera tiga orang, yakni;
1.      Tuan Sori Mangaraja
2.      Raja Asiasi
3.      Sangkarsomalindang
Dari keturunan Si Raja Batak inilah muncul seluruh marga-marga Batak. diperkirakan dari silsilah asal usul batak ini sejak Si Raja Batak sampai sekarang sudah ada kira-kira 35 generasi. Mula Sianjur Mulajadi yang terdapat di Kecamatan Harian kabupaten Tapanuli Utara dekat kota Pangururan sekarang, dianggap sebagai daerah mula pertama huta Si Raja Batak asal-usul mula Batak Toba dan rumpun suku Batak lainnya. Inilah perkampungan pertama Si Raja Batak. Dan di daerah ini terdapat mata air sipaulak hosa yang dipercayai oleh penduduk sebagai mual atau aek yaitu mata air pertama Si Raja Batak dan mata air ini jugalah yang dipergunakan penduduk untuk memenuhi kebutuhannya.[3]
III.             Kesimpulan
a.       Masyarakat Batak meyakini asal mula sejarah nenek moyang Batak berasal dari Puncak Gunung Pusuk Buhit. Dari puncak inilah, nenek moyang Batak menyebar ke 8 daerah yang merupakan penjuru mata angina orang Batak.
b.   Perpecahan dari kalangan raja Batak berpangkal dari perkawinan nenek moyangnya sesama saudara kembar seperti yang telah disebutkan di atas tidak boleh lagi terjadi.
c.   Silsilah nenek moyang Batak berasal dari keturunan Siboru Deak Parujar dengan Siraja Odap-odap.
d.   Kecamatan Harian kabupaten Tapanuli Utara dekat kota Pangururan dianggap sebagai daerah mula pertama huta Si Raja Batak, asal-usul mula Batak Toba dan rumpun suku Batak lainnya.



[1] T. M. Sihombing, Jambar Hata Dongan Tu Ulaon Adat, (Medan: CV. Tulus Jaya, 1989), hal 289
[2] http/mv. Opera. Com/raja batak/blog/show, 28 september 2009, jam 10.20 WIB

[3] W.M. Hutagalung,  Pusataha Batak , (Medan: CV Tulus Jaya, 1991), hal 25-38

Kontinuitas dan diskontinuitas antara PL dengan PB


Kontinuitas dan diskontinuitas antara PL dengan PB

  • Keseluruhan Alkitab (PL dan PB) menceritakan tentang satu tema yaitu “sejarah keselamatan yang diberikan oleh Tuhan. Namun ada pula pendapat yang mengatakan bahwa keseluruhan Alkitab berpusat pada kisah penciptaan.
  • PL merupakan satu kitab yang tidak selesai (sampai pada kitab Makabe) kemudian dilanjutkan oleh kitab PB sampai dengan selesai.
  • Kemudian Macion yang menolak penggunaan PL, mengatakan bahwa, PL merupakan kitab orang Yahudi dan PB kitab orang Kristen.
  • Kontinuitas antara PL dan PB lebih penting/banyak daripada diskontinuitas.
  • Sesungguhnya Kristen dan Yahudi modern baru benar-benar berpisah pada sekitar tahun 100 M. Karena pada masa agama Yahudi kuno terdapat banyak golongan-golongan, diantaranya; Farisi, Saduki, Eseni, kaum Qumran, kelompok Yohanes pembabtis, dan Kekristnan. Namun kelompok yang tetap bertahan hanya Farisi dan kekristenan. Dari Farisi muncullah Talmud, sedangkan dari kekristenan muncullah PB.
  • Penafsiran antara Talmud dengan PB tidak terlalu jauh berbeda.
  • PL berporos pada Israel sebagai umat pilihan Allah (ikatan dengan Tuhan), sedangkan PB berporos pada Yesus Kristus (pengampunan).
  • Kelompok Kristen mula-mula juga terbagi-bagi, beberapa diantaranya yaitu: kelompok Kristen Yahudi, non-Yahudi, Apokaliptik, dan katolik mula-mula.


  • Untuk menjawab pertanyaan “apakah Israel ditolak oleh Tuhan karena menolak Mesias?” dan “apakah Kristen adalah umat pilihan yang baru?” dapat ditemukan di surat Paulus kepada jemaat di Roma 9-11. yaitu tidak ada umat pilihan yang baru.
  • Kesimpulan D. L. Baker dalam buku 1 Alkitab 2 perjanjian bab 10:2E bahwa “pengakuan Pl bahwa Yesus adalah Mesias yang melampaui harapan PL dan memperbaharui Israel.

Penulis PB mengutip PL
  • Dalam kisah ular tembaga yang menjadi tupos untuk keselamata yang dibawa Yesus Kristus, Yohanes mengutip dari kitab Bilangan 21: 4-9 untuk Yohanes 3:14-15
  • Kisah ketika pakaian Yesus diundi oleh para pengawal untuk dibagikan yang terdapat dalam Yohanes 19:24, dikutip dari Mazmur 22:19 (yang berbentuk Mazmur ratapan).
  • Matius mengmbil Tupos untuk Yesus dari Yunus 1:17 untuk Matius 12:40, mengenai 3 hari 3 malam.
  • Teologi yang di pakai Paulus dalam surat Ibrani, sama dengan semua surat yang dikirimkannya. Paulus menggunakan istilah Malaikat, Musa, Imam agung, Melkisedekh, kurban bait suci, untuk mengatakan Yesus.
  • Paulus juga mengambil contoh untuk orang-orang yang percaya tanpa melihat pada surat ibrani pasal 11. misalnya; Habel (ay. 4), Henokh (ay. 5), Nuh (ay. 7), Abraham (ay. 8), sara (ay. 11), Abraham (ay. 17), Ishak (ay. 20), Yakub (ay. 21), Yusuf (ay. 22), Musa (ay. 23), Rahab (ay. 31).
  • Talmud juga menggunakan metode tipologis dalam penafsirannya, namun lebih dikenal dengan istilah Alegoris.